page

Thursday, 19 May 2011

Riset: Menyetir Ugal-ugalan Bisa Picu Depresi

Warga di kota-kota besar seperti Jakarta rentan terkena stres. Penyebab stres ini bisa diakibatkan tidak tahan menghadapi kemacetan lalu-lintas. 

Stres tersebut bisa makin parah dan jadi depresi jika yang bersangkutan suka menyetir ugal-ugalan. Menurut penelitian yang dilakukan di Australia, depresi dan kecemasan berlebihan dapat dengan mudah terjadi pada seseorang yang senang menikung, memaksakan kehendak, dan terburu-buru di jalan.



Tekanan psikologis seperti depresi dan kecemasan telah lama dikaitkan dengan perilaku berisiko pada anak muda, termasuk melakukan seks berisiko, merokok, dan pesta minuman keras.

Para peneliti dari Universitas Teknologi Queensland, Australia lalu mencari hubungan antara tekanan psikologis dengan cara mengemudi berisiko yang sering dilakukan oleh seseorang ketika menghadapi kemacetan.

Kebiasaan mengemudi berisiko ini, termasuk mengebut, tidak menggunakan sabuk pengaman, dan mengemudi sambil menggunakan telepon. Tim peneliti lalu menganalisis 761 pengemudi pemula. Mereka diminta mengisi kuesioner secara online untuk menilai tekanan psikologis dan perilaku mengemudi.

Para pengemudi pemula berusia antara 17 hingga 25 tahun dan telah memiliki surat izin mengemudi. Artinya, mereka dapat mengemudi tanpa ditemani. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan mengemudi berisiko pada anak muda dapat menyumbangkan 8,5 persen risiko terserang stres, dan depresi.

"Terdapat hubungan yang jelas antara perilaku mengemudi dengan stres. Dan ternyata hal ini lebih banyak ditemukan pada pengemudi wanita," ujar Bridie Scott-Parker, kepala peneliti, seperti dikutip dari Daily Mail.

Pengemudi wanita memiliki risiko stres lebih besar dibanding pria, yaitu sebesar 9,5 persen. Sedangkan, pada pria hanya 6,7 persen. Scott-Parker seorang mahasiswa S3 melalui tulisannya dalam The International Journal Injury Prevention bahkan mengungkap, pengemudi ugal-ugalan dapat diidentifikasi sebagai seseorang yang mengalami tekanan psikologis dan bisa ditargetkan untuk menjalani program konseling.

sumber vivanews.com

No comments:

Post a Comment

jangan lupa dengan komentarnya ^^