"Pada dasarnya, mereka tampak seperti cacing, atau kelompok ular yang
disebut ular buta."
Selama ini, kita mengenal jenis kadal berkaki empat, khususnya di
Indonesia. Namun, beberapa spesies kadal ternyata tak memiliki kaki sama
sekali.
Belum lama ini, bahkan ditemukan jenis kadal tak berkaki
dan tak memiliki mata alias buta di Kamboja yang diberi nama Dibamus
dalaiensis, spesies yang unik dan langka.
Belakangan,
misteri 'kadal cacing', begitu jenis ini banyak disebut, mulai terkuak.
Para ilmuan menemukan fosil yang diduga sebagai nenek moyang kadal jenis
ini.
Fosil itu ditemukan di situs Messel atau yang sering
disebut Eosen, berada di dekat Frankfurt, Jerman. Temuan itu, sedikit
banyak telah memberikan gambaran bagaimana proses kadal-kadal jenis ini
kehilangan kakinya.
Spesies 'kadal cacing' ini akhirnya menemukan
induk evolusiya. Yaitu binatang-binatang tak berkaki. Jenis ini lebih
dekat pada sekelompok kadal yang bernama lacertids, sebagaimana
ditunjukkan oleh fosil berusia menengah ini.
'Kadal cacing' ini
juga disebut dengan amphisbaenians (subordo reptil yang tidak
berkaki), terlihat sangat mirip dengan ular primitif. Kemiripan ini
menyebabkan peneliti sulit membedakan kelompok mereka. Apakah termasuk
keluarga ular atau kadal.
"Pada dasarnya, mereka tampak seperti
cacing, atau kelompok ular yang kita sebut ular buta," kata peneliti
dari Universitas Toronto, Mississagua, Canada, Robert Reisz seperti
dilansir livescience.com pada 18 Mei 2011 lalu.
"Mereka
hidup dengan cara bersembunyi dalam tanah dan dan makan belatung."
Fosil
baru itu disebut Cryptolacerta hassiaca, memiliki kepala keras
dan kuat seperti amphisbaenian, tetapi badannya pendek. Fodsil ini,
menunjukkan kedekatan kedua kelompok tersebut.
Bagaimana kadal
yang semula berkaki itu menjadi kehilangan kaki-kakinya? Berdasarkan
fosil yang ditemukan ini, teka-teki itu mulai terjawab. Tim ilmuan,
menganalisis temuan mereka ini untuk menjelaskannya.
Mulanya, kadal yang berkaki itu merayap di permukaan tanah. Namun,
kemudian kadal ini mulai hidup dengan masuk ke dalam tanah dengan
menggunakan kepalanya terlebih dahulu.
Lama-lama, kadal ini
mengalami evolusi. Bagian pertama yang mengalami evolusi adalah bagian
kepala. Bagian tubuh yang pertama kali digunakan untuk masuk ke dalam
tanah.
Selanjutnya, bagian tubuh lainnya secara perlahan namun
pasti juga mengalami evolusi. Kaki-kaki mereka, kemudian 'hilang' karena
proses evolusi itu. Jadilah kadal tanpa kaki yang mirip dengan ular
yang kita kenal sekarang.
"Hewan ini pertama kali yang berevolusi
adalah kepalanya yang seperti sekop. Kepalanya terbenam terlebih dahulu
menyerupai mekanisme sekop, dan kemudian kehilanagan anggota tubuhnya,"
kata Reisz.
"Ada banyak hal tentang kepala yang dapat memberi
tahu kita bagaimana mereka menjadi amphisbaenian."
Fosil berusia
47 juta tahun ini akan diketahui lestarikan, karena merupakan
satu-satunya contoh untuk jenis ini.
Fosil organisme yang
kebanyakan tinggal di dedaunan banyak ditemukan di hamparan hutan.
Fosil-fosil yang ditemukan itu biasanya menggunakan kepalanya untuk
menggali sampah dan dedaunan, mungkin kebanyakan dari mereka tidak
sepenuhnya hidup di dalam tanah.
Selama evolusi itulah,
binatang-binatang itu kehilangan bagian tubuh lain, seperti kaki mereka,
dalam jangka waktu yang lama. Tak dapat diduga, dua jenis binatang ini
mengalami perkembangan tubuh secara mirip dan strategi penggalian yang
berbeda.
"Kita punya dua kelompok binatang --ular buta dan kadal
tanpa kaki-- mirip satu sama lainnya. Tapi mereka mengembangkan
perubahan tubuh mereka dengan cara yang berbeda," kata Reisz.
"Ada
banyak cara untuk kehilangan bagian badan. dan salah satu contohnya
terjadi pada kadal sub tropis yang aneh ini."
sumber : vivanews.com
No comments:
Post a Comment
jangan lupa dengan komentarnya ^^